BERITA NASIONAL - Merasakan sensasi mudik menggunakan mobil atau motor, mungkin sudah biasa. Namun, bagaimana mudik dengan sepeda ?
Inilah yang dilakukan ketiga santri dari Kabupaten Kendal, untuk pulang mengunjungi sanak keluarganya di Cirebon dan Tegal. Umedi (23), Faiq (23), dan Fadlurohman (23), terus mengayuh pedal sepedanya menyusuri ratusan kilometer Jalan Nasional Pantura dari Kaliwungu, Kendal, menuju kampung halamannya di Tegal dan Cierbon.
Tim merapah Trans-Jawa Kompas.com dan otomania.com bertemu ketiganya di jalur Comal, kabupaten Pemalang, Jumat siang (23/6/2017). Ketiganya bertolak dari Asrama Pendidikan Islam Kaliwungu, sejak Kamis malam (22/6/2017), pukul 21.30 WIB. Dengan kata lainmereka telah menempuh perjlanan 93 kilometer selama 15 jam.
''Istirahatnya tadi pukul 08.00 sampai 09.30 WIB pagi, tidur sebentar di mushola, setelah itu jalan lagi, terang Umedi. Ketiganya mengaku telah bersiap dengan segala rintangan yang diprediksi akan terjadi. Walaupun begitu, mereka hanya menyediakan persiapan seadanya.
Berbekal sepeda ontel tua yang mereka beli dengan tabungan uang saku di pondok pesantren, kunci-kunci ,dan bekal makan seadanya, mereka yakin bertemu keluarga sebelum Idul Fitri tiba.'' Inni bawa kunci 12, kunci 10, pompa ban dikasih bengkel, obat pijat, kue-kue, ada juga bawa minuman satu dus buat keluarga di rumah. Kalau pakaian kita yang penting jaket, sarung tangan, masker aja,''jelas Fadlurohman, yang memiliki tujuan terjauh, ke Cirebon.
Fadlurohman memprediksi, bisa sampai kampung halamannya pada Sabtu malam (24/6/2017), atau malam takbiran berlangsung. Ia tak memiliki target pasti harus samapi kapan, tetapi tetap berproses sambil menikmati perjalanan. Sedangkan dua rekannya memprediksi sampai di Tegal Jumat malam ini.
KENIKMATAN MUDIK BERSEPEDA
Saat ditanya soal kenikmatan apa yang ingin di proleh dengan mudik mengunakan sepeda , ketiganya sepakat ingin suasana baru. Tahun ini merupakan pertama kalinya mereka menelusuri jalur pantura dengan sepeda.
''Mau cari suasana baru, lebih seru, jadi tahu jalan ,nambah kenalan, walaupun capek ,cepat pegal tapi dinikmati aja ppelan-pelan,''ujarnya. Untuk menghilangkan pegal, mereka banyak beristirahat, meelakukan perenganggan bahkan memijat satu sama yang lain.
''Awalnya iseng guyon (bercanda), tapi malah jadi tantangan dan pengin kita penuhi. jadi lebih terasa perjuangannya ketemu orang tua,'' terang Fadluhrohman menjelaskan awal mula kenekatannya .
Meski mereka menikmati, bukan berarti perjalanannya tanpa hambatan. Dini hari mereka harus melewati tanjakan Batang yang Curam, lalu menuju Alas Roban dengan mendorong sepedanya. Selain ban bocor dan robek pun kerap menjadi momok bagi mereka. Ditambah bengkel sepeda yang tutup menjelang labaran.
''Sempat putus asa pas ban robek terus meledak dipekalongan, sempat menyetopin mobil bak buat tumpangan. Tapi akhirnya ketemub juga bengkel di pelosok-pelosok gang,''cerita Faiq
Tidak ada komentar:
Posting Komentar