Berita Nasional - Bagi sebagian orang, berfoto dengan mengangkat dua jari adalah sebuah kebiasaan.
Dua jari yang dikenal sebagai simbol "victory" itu seolah menjadi gaya foto andalan masa kini.
Seiring dengan Pilkada DKI 2017, gaya foto tersebut bisa jadi bernuansa politis apabila dikait-kaitkan dengan pasangan calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Djarot Saiful Hidayat.
Gaya foto victory yang memperlihatkan dua jari tersebut kerap ditunjukkan oleh Basuki-Djarot serta para pendukungnya. Sebab, Basuki-Djarot merupakan pasangan calon dengan nomor pemilihan dua.
Pada Senin (27/2/2017), Djarot mengunjungi Kelurahan Utan Kayu Selatan sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta.
Dia meninjau sejumlah kali yang ada di sana dan sempat singgah di Kantor Kelurahan Utan Kayu Selatan.
Warga sekitar yang mengetahui kehadiran Djarot sengaja mengajak foto bersama. Warga berfoto bersama Djarot dengan menggunakan gaya victory itu.
Padahal, Djarot masih mengenakan pakaian dinasnya. Foto itu pun dilakukan di area kantor pemerintahan.
Karena gaya foto itu, Djarot dinilai melakukan kampanye dengan menggunakan fasilitas negara.
"Jelas-jelas fotonya mengancungkan dua jari. Ini bagian yang tidak boleh terjadi," ujar Wakil Ketua Tim Pemenangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno, Mohamad Taufik, Senin.
"Dengan senyuman Pak Wagub begini, menurut saya, ini mestinya enggak terjadi. Saya minta tidak diulanglah. Kami minta Bawaslu proaktif untuk ambil langkah sesuai ketentuan yang berlaku," kata Taufik.
Taufik tidak mau tahu situasi yang melatarbelakangi foto itu. Menurut dia, senyum Djarot dalam foto tersebut menunjukkan sikap pembiaran. "Apa pun bentuknya ya enggak boleh," ujar Taufik.
Sementara itu, Djarot mengaku bingung disebut berkampanye di kantor Kelurahan Utan Kayu Selatan.
Terlebih lagi, hal yang dipersoalkan adalah warga yang mengacungkan dua jari ketika berfoto bersama Djarot di kantor kelurahan.
Djarot mengatakan, dia tidak bisa mengontrol orang untuk tidak bergaya seperti itu saat berfoto.
"Bagaimana kami bisa melarang orang? Bilang, 'Woy jangan ya, jangan'. Tetap saja mereka seperti itu," ujar Djarot.
Ia mengatakan, kejadian semacam itu tidak dapat dihindari. Djarot mencontohkan saat ia menghadiri upacara ulang tahun pemadam kebakaran.
Seusai upacara, Djarot bersalaman dengan pemadam kebakaran. Saat itu, kata Djarot, mereka langsung menyemangati Djarot yang ikut dalam Pilkada DKI 2017.
"Tadi salaman sama mereka waktu mendampingi Pak Mendagri. Saya tanya, 'Bapak dari mana?', katanya, 'Dari Bandung, tetapi kami tetap dukung. Jangan takut Pak, maju terus Pak'. Bayangin kalau seperti itu. Kalau saya ya senyum saja," ujar Djarot.
Ia mengatakan, hal yang penting dia tidak mengajak warga untuk berkampanye dengan mengangkat dua jari. "Yang jelas adalah kami tidak mengajak mereka," ujar Djarot.
Sebisa mungkin melarang
Sebenarnya, banyak warga yang "kelepasan" berfoto dengan gaya victory ketika bertemu dengan Basuki maupun Djarot. Namun, biasanya Basuki atau Djarot melarang mereka.
Ketika di Balai Kota DKI, setiap pagi, ada antrean warga yang ingin berfoto dengan Basuki atau Ahok. Warga selalu mengangkat dua jarinya ketika berfoto bersama Ahok di sana.
Namun, Ahok langsung sigap dan menurunkan dua jari itu. "Enggak boleh, Bu. Enggak boleh kampanye," ujar Ahok.
Biasanya, warga langsung tersenyum malu setelah ditegur seperti itu. Sesi foto pun berlangsung tanpa ada gaya foto victory.
Hal yang sama juga dilakukan oleh para ajudan Ahok. Setiap melihat ada warga yang mengangkat dua jari saat mau berfoto, mereka langsung menegur.
"Bapak dan Ibu, tolong jangan dua jari ya," ujar mereka.
Akhirnya, warga berganti gaya menjadi mengacungkan jempol. Ajudan Ahok pun mengizinkan mereka berpose dengan mengacungkan jempol.
"Nah, kalau jempol saja boleh, Bu," ujar ajudan, tadi pagi.
"Soalnya sudah enggak ada nomor satu ya. Kalau masih ada paslon satu, pakai jempol juga enggak boleh, he-he-he," celetuk Ahok.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar