BERITA NASIONAL - Lebaran yang ditunggu oleh semua orang. Ini adalah saat dimana semua anggota berkumpul di kampung halaman. Bagi supir angkutan desa ( angkudes ) di kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta, Lebaran biasanya menjadi berkah tersendiri. Jumlah penumpang di hari Lebaran biasanya meningkat.
Namun, sejak beberapa tahun terakhir ini lebaran tidak lagi terasa manis bagi sang sopir angkudes di terminal Dagsinarga, Gunung Kidul Yogyakarta. Begitu pula tahun ini. Penumpang sepi. Sabtu (24/6/2017) siang sejumlah kru angkudes terlihat hanya duduk dan mengobrol di bawah rimbunan pohon di sisi selatan terminal.
Tak terlihat banyak aktifitas di terminal itu. Bus AKAP dari kota besar seperti Jakarta dan sekitarnya baru akan datang malam hingga dini hari.
Salah seorang pengurus paguyuban angkudes Surorto (54) mengaku, sejak terminal Dagsinarga Wonosari pindah dari Desa Baleharjo yang berada di pusat Kota Wonosari ke Desa Selang Tahun 2012 lalu, nasub angkudes semakin terpuruk. Medio 2000-an mereka masih merasakan manisnya musim mudik Lebaran.
''Dulu itu saat Lebaran seperti saat ini, setiap hari setor (ke pemilik) Rp 300.000 masih bisa. Sopir masih bisa bawapulang setiap hari Rp 200.000. Saat ini mmau setoran Rp 100.000 saj sulit,''kata dia saat ditemui di Terminal Dagsinarga, Sabtu (24/6/2017).
Selain soal kepindahan terminal ke wilayah pinggiran, rezeki dimusim mjudik terasa berkurang juga karena kini banyak pemudik yang pulang kampung bawa kendaraan sendiri atau kendaraan sewa. Sopir angkudes jurusam Pojong- Wonosari ini mengaku tak bisa tak bisa berbuat banyak. Penumpang makin sedikit . Setiap hari paling hanya bisa jalan dua sampai tiga rit.
''Lebaran kayak ngak lebaran saja. Tahun ini mau beli sirop saja sulit. Sampai lebaran kurang seharo saja tak banyak yang kami dapat, bisa setoran saja sudah cukup,''ujar dia. Sulinya mencari penghasilan dari angkudes, kata Suroto, banyak rekan seprofesinya yang mulai beralih seprofesinya yang mulai beralih kerja menjadi sopir truk , pekerja travel, hingga petani.
''Kami berharap ada kebijkan dari pemerintah agar para penumpang bisa turun di terminal atau bagaimana biar bisa menghidupkan kemabli angkudes,''kata dia.
Di temui terpisah, Koordinator Terminal Dhaksinarga Trisulo Hantoko mengatakan, sesuai UU No.23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah pengelolaan teminal Dhasinarga tak lagi di bawah otoritas pemerintah daerah, tetapi pemerintahan pusat.
''Nanti akan dikoordinasi kan ke Kementerian Perhubungan seperti apa pengelolaan angkutannya ,''ucap dia.
Di musim mudik ini, Trisulo , kedatangan penumpang paling banyak terjadi pada senin (19/6/2017) atau H-6. Pada H-6 tercatat 39 bus yang memasuki terminal dan menurunkan 450 penumpang. Sementara pada H-7 terdapat 33 bus dengan 92 penumpang. Selanjutnya berturut-turut, H-5 ada 29 bus dan 110 penumpang , H-4 ada 28 bus dan 299 penumpang, H-3 ada 25 bus dan 68 penumpang , dan H-2 ada36 bus dengan 330 penumpang.
Pada H-1 hari ini sejak dini hari hingga siang terdapat 36 bus yang telah memasuki terminal. Sebanyak 16 bus merupakan armada gratis yang disediakan Kementerian Perhubungan dan Swasta. Sementara untuk bus reguler ada 20. Rata-rata setiap bus penumpangnya 20,''kata dia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar