BERITA NASIONAL - Pemerintah Vietnam meminta Indonesia mengusut penembakan oleh TNI Angkatan Laut (AL) Indonesia ke sejumlah nelayan Vietnam di Laut China Selatan yang menurut laporan setempat melukai dua orang nelayan.
"Vietnam sangat prihatin dengan kejadian ini dan mengusulkan agar Indonesia segera menyelidiki dan mengklarifikasi kejadian tersebut. Lalu, menginformasikan hasilnya kepada Vietnam,” kata Menteri Luar Negeri Vietnam Pham Binh Minh seperti di kutip Reuters pada Jumat (28/7/2017).
Vietnam pun, lanjut Minh, berharap agar kejadian tersebut tidak terulang. Minh mengaku telah menelpon langsung Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi untuk menyatakan kejadian ini adalah sangat serius.
Kata dia, penembakan itu tidak mencerminkan hubungan kemitraan strategis antara Vietnam dan Indonesia.
Sebelumnya, komite pencarian dan penyelamatan laut provinsi Binh Dinh di situs resminya mengatakan, angkatan laut Indonesia telah menembak dan melukai nelayan Vietnam pada Sabtu malam (22/7/2017).
“Ketika peristiwa itu terjadi, perahu nelayan tersebut berjarak sekitar 132 mil laut tenggara dari pulau Con Dao,” tulis laman tersebut pada Minggu (23/7/2017).
Ilegal fishing
Kepala Staf TNI Angkatan Laut Laksamana Ade Supandi membenarkan, TNI AL telah melakukan penembakan kepada nelayan Vietnam. Upaya itu dilakukan guna mengusir nelayan asing yang ingin memasuki dan mengambil ikan di Perairan Laut Natuna Selatan.
"Iya, ada enam (kapal nelayan) kalau enggak salah. Tapi, tembakan itu hanya bersifat peringatan, bukan ke kapal sehingga tidak ada yang luka," ujar Ade, di Kompleks Istana Presiden, Jakarta, seperti dimuat Kompas.com Selasa (25/7/2017).
Adapun kapal-kapal nelayan ilegal, kata dia, sudah diamankan TNI AL, tepatnya oleh personel Komando Armabar. Kapal tersebut sedang diproses dan diselidiki sesuai undang-undang yang berlaku.
Sementara itu, menteri luar negeri Indonesia Retno Marsudi menyatakan kepada Reuters bahwa penangkapan ikan ilegal yang melibatkan nelayan Vietnam telah menjadi isu jangka panjang kedua negara.
Menurut Retno, kedua negara akan bertemu di Manilla, Filipina pada bulan depan dalam sebuah forum regional untuk membahas masalah itu. Salah masalah yang ingin diselesaikan adalah mengenai zone ekonomi eksklusif masing-masing negara di Laut China Selatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar