Majalah Asia - Berita Terkini Dan Terupdate

BERITA TERKINI | BERITA VIRAL | TIPS | PERMAINAN ONLINE

Kamis, 26 Oktober 2017

Kisah Pelajar Perbatasan Semarang-Demak Bertaruh Nyawa Demi Sekolah

Satu-satunya akses warga Dusun Sapen, Desa Candirejo, Kecamatan Pringapus, Kabupaten Semarang untuk keluar dari dusunnya adalah dengan melintasi Jembatan Sunut yang menghubungkan desa tersebut dengan Desa Jragung, Kecamatan Karangawen, Kabupaten Demak. Kedua wilayah ini dipisahkan oleh Sungai Jragung. Gambar diambil, Kamis (6/4/2017).


NASIONAL, AGEN SAKONG ONLINE -  Inilah perjuangan bertaruh nyawa para pelajar di Dusun Sapen dan Dusun Borangan, Desa Candirejo, Kecamatan Pringapus, Kabupaten Semarang dalam menuntut ilmu.

Setiap hari sejak dua bulan yang lalu, mereka harus menyeberangi Sungai Jragung untuk menuju sekolahnya di wilayah Kabupaten Demak, yang aksesnya paling dekat.

Sungai Jragung merupakan salah satu sungai besar yang kerap meluap jika musim hujan. Bentangannya mencapai 100 meter dengan kedalaman 15 hingga 20 meter.

Sedangkan jembatan Sunut, adalah satu-satunya penghubung keluar desa menuju ke wilayah Desa Jragung, Kecamatan Karangawen, Kabupaten Demak, saat ini sedang diperbaiki.

"Kalau hujan dan banjir terpaksa nggak masuk sekolah. Saya takut kalau harus nyeberang,” kata Novika Ramadani, pelajar SMKN 1 Karangawen, Demak, saat ditemui Rabu (25/10/2017) siang.

Senada, Banu Guntoro, warga Sapen yang bersekolah di SMK Karangpacing, Demak mengatakan, selama jembatan dibangun ini harus menyeberangi sungai Jragung, tiap berangkat maupun pulang sekolah.

Jika tidak sedang turun hujan, sepeda motornya mulus menerjang air yang hanya sebatas ban. Namun jika turun hujan, permukaan air sungai meningkat dan sepeda motornya kerap mogok.

"Bahkan kalau lebih dari setengah meter, motornya harus dipikul sama teman," kata Banu.

Sebelum diperbaiki, kondisi Jembatan Sunut  jauh dari kata layak. Sangat memprihatinkan. Lantai kayunya yang menutupi gelagar sepanjang 80 meter sudah banyak yang lapuk.

Kendaraan yang melintas harus bergantian karena lebar jembatan hanya 2,5 meter, sementara warga melintas dengan perasaan was-was.

Ini dikarenakan ketinggian jembatan dari permukaan sungai mencapai 15 meter dan jembatan tersebut adalah area bebas lantaran tak dilengkapi pengaman di kanan kirinya.

"Banyak yang jatuh karena kayunya yang sudah lapuk, ada pula yang takut ketinggian sehingga hilang keseimbangan," ujar Nur Budi, Kepala Dusun Sapen.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar