Kamis, 02 November 2017

Polisi Telusuri Keterlibatan WNI yang Ditangkap di Filipina dengan Teror Bom Thamrin

Kabagpenum Divisi Humas Polri Kombes Pol Martinus Sitompul memberikan keterangan kepada wartawan mengenai kelanjutan kasus beras PT IBU di Mabes Polri, Jakarta, Rabu (2/8). Bareskrim Polri menetapkan Direktur Utama PT Indo Beras Unggul (PT IBU) TW sebagai tersangka pascagelar perkara pada Selasa (1/8) malam, dan dijerat dalam kasus dugaan kecurangan dalam memproduksi beras. ANTARA FOTO/ Reno Esnir/aww/17.


NASIONAL, AGEN SAKONG ONLINE -  Muhammad Ilham Syahputra, Warga Negara Indonesia yang ditangkap polisi Filipina diduga terkait dengan jaringan teroris di Indonesia. Ilham disebut terkait dengan kelompok teroris bom Thamrin awal 2016 lalu.

"Kalau kami lihat, para pelaku kelompok bom Thamrin terkait juga dengan Filipina Selatan," ujar Kepala Bagian Penerangan Umum Divisi Humas Polri Kombes Pol Martinus Sitompul di kompleks Mabes Polri, Jakarta, Kamis (2/11/2017).

Hubungan kedua kelompok tersebut terkait dengan persenjataan, pengiriman logistik, penerimaan uang, hingga adanya pelatihan bersama.

Senjata yang digunakan dalam beberapa aksi teror di Indonesia merupakan kiriman dari kelompok militan di Marawi, Filipina Selatan. Namun, kata Martinus, polisi belum memastikan adanyanketerlibatan langsung Ilham dengan peristiwa itu.

"Apakah Ilham pernah melakukan (teror bom Thamrin), akan didalami lagi," kata dia.

Sebelumnya, pejabat kepolisian setempat Superintenden John Guyguyon menyebut ada keterkaitan Ilham dengan peristiwa bom Thamrin 2016 lalu. Hal itu terungkap dari cerita Ilham kepada penyidik WNI saat diinterogasi.

Ilham ditangkap di Marawi saat kedapatan tengah melarikan diri.

"Dia terlibat dalam pengepungan dan serangan awal di Piagapi," kata Guyguyon.

Serangan awal yang dimaksun Guyguyon adalah serbuan di sebuah kota Piagapo, sekitar 45 menit perjalanan darat dari Marawi. Ratusan pejuang lokal dan asing yang menyatakan kesetiaan kepada ISIS menyerang Marawi, kota berpenduduk Muslim terbesar di Filipina pada 23 Mei lalu.

Mereka menduduki sebagian besar wilayah kota itu dengan menggunakan penduduk sebagai tameng hidup.

Operasi militer Filipina yang didukung AS untuk merebut kembali Marawi mengakibatkan lebih dari 1.100 orang tewas, 400.000 penduduk mengungsi, dan menghancurkan sebagian besar wilayah kota.

"Warga Indonesia yang ditangkap itu, tiba di Filipina tahun lalu karena diundang pimpinan ISIS Asia Tenggara Isnilon Hapilon," lanjut Guyguyon.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar