Jumat, 17 November 2017

Sekitar Stasiun Tanah Abang Jadi "Lahan Basah" Preman Tarik Iuran ke PKL

Kondisi trotoar yang dipakai pedagang kaki lima di dekat Stasiun Tanah Abang.


NASIONAL, AGEN SAKONG ONLINE -  Kawasan sekitar Stasiun Tanah Abang adalah salah satu lokasi strategis para pedagang kaki lima (PKL) menjajakan barang dagangannya.

Di lokasi tersebut, pedagang bisa meraup keuntungan yang lebih besar dibandingkan lokasi lain di sekitar Pasar Tanah Abang.

Hal tersebut dikatakan Roni (bukan nama sebenarnya) seorang pedagang baju yang mengaku sudah hampir 3 tahun berjualan di dekat Stasiun Tanah Abang. Menurut Roni, dengan berjualan di dekat stasiun, orang lebih banyak yang membeli barang dagangannya.

"Di sini sehari enggak kurang dari 1 juta untungnya aja," kata Roni sambil menjajakan dagangannya di atas trotoar yang dibangun oleh Pemprov DKI Jakarta.


Namun, dengan besarnya pemasukan yang didapatkannya, pungutan iuran yang dilakukan oleh para preman yang diyakininya adalah anak buah salah seorang tokoh ternama di kawasan Tanah Abang ini pun juga cukup besar.

Dalam sehari, 3 sampai 4 orang meminta iuran kepada para pedagang. Besarannya pun bervariasi, mulai dari Rp 3.000, Rp 5.000 sampai Rp 10.000 per hari.

Padahal Roni telah membayar iuran sebesar Rp 500.000 untuk biaya sewa lahan yang terdapat di atas trotoar selama satu bulan.

"Siang ada yang minta 3.000, itu bisa dua orang yang beda, menjelang sore ada lagi yang minta 5.000 orangnya beda juga," terang pria asal Sumatera ini.

Pantauan Kompas.com sejak pukul 13.00 WIB hingga pukul 15.00 WIB, terdapat beberapa orang yang mendatangi tempat berjualan Roni. Pertama, ada yang meminta iuran sebesar Rp 3.000, menurutnya iuran tersebut adalah iuran parkir.

"Kalau ada trantib, barang-barang kita diberesin dulu, disimpan di parkiran, kalau trantib sudah enggak ada ya dipasang lagi," tuturnya

Tak selang beberapa lama, saat sosok bertubuh kurus tersebut menikmati kopi di gelas plastik yang dibelinya, ada pria datang tanpa bersuara apapun tapi terlihat menggengam uang lembar Rp 5.000. Roni pun seolah sudah tahu apa yang harus dilakukannya.

"Mintanya sih enggak maksa, tapi ya sering," tuturnya.

Roni tak bisa berbuat banyak, yang penting baginya adalah bisa tetap berjualan meski di atas trotoar yang diperuntukan bagi para pejalan kaki.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar